tag:blogger.com,1999:blog-59843927376450074652024-03-13T20:56:37.972-07:00SUDUT PANDANGeditorialsamanhttp://www.blogger.com/profile/08300307773932605310noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-86863397759545006862010-06-06T12:39:00.000-07:002010-06-06T12:41:24.948-07:00Pilkada Senafaskah Pilihan Hidup Rakyat<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/TAv51aj6FcI/AAAAAAAABrs/KVTI9MKfmTY/s1600/30789_132266536783977_100000018958602_394489_5219035_n.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/TAv51aj6FcI/AAAAAAAABrs/KVTI9MKfmTY/s320/30789_132266536783977_100000018958602_394489_5219035_n.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479748067684652482" /></a><br />Pilkada Musi Rawas,sebuah cerita yang sama dengan cerita pilkada didaerah lain. Sama dengan kejenuhan rakyat, sama dengan luapan yang hambar.<br /><br />Pilkada yang menelan puluhan milyar uang rakyat, untuk pelaksaan perhelatan ini amat penting sebetulnya untuk merubah maenstream dan haluan sebuah cara pandang masyarakat. Kenapa tidak, melalui pilkada secara logika semua keburukan semua nilai-nilai miring sosial tentang prilaku penguasa selama ini, akan berlawan dengan kehendak rakyat tentang pilihan hidupnya.<br /><br />Seperti jarno, seorang tukang rumbut dan pengangon sapi, ia berharap pilkada dapat melahirkan sebuah tatanan struktur sosial dan ekonomi yang memberikan peluang bagi kehidupan keluarga untuk lebih baik.<br /><br />Ia menceritakan bagaimana hidup yang ia jalani setiap ahri tak ubahnya dengan kaum jurnalis, berjemur dengan matahari, bergelut dengan waktu untuk mengumpulkan rumbut agar angonan dapat makan cukup. Meski dengan baju dekil bergambar partai politik, toh dia malah apatis dengan politik.<br /><br />Ditanya apakah ia tau bahwa ada sosialisasi pilkada tentang tata cara pencoblosan, hari pencoblosan dan cara mendaftarkan diri agar terdaftar di DPT, Ia menjawab,<br /><br />" Ala mas yang menang pasti yang lama, aku ini orang bodoh. Dari pada banyak yang mondohin aku mendingan satu orang. wong aku ngak tau eh, apa bagian aku kalu menang ato kalah, tukang rumput, tukang angon abis nyoblos ngerumput lagi, ngangon lagi, ia toh " ujarnya.<br /><br />Sebuah ungkapan yang jelas maknanya jenuh, apatis bahkan bisa dikategorikan putus asa, realiatasnya memang seperti itu adanya. Jargon pembagunan Infrastuktur, jargon ekonomi apalah namanya seperti Agropolitan atau Gerbang ekonomi sektor barat, tak dapat mereka rasakan langsung.<br /><br />Jarno sang tunga rumput, tak bisa serta merta kala salah satu kandidat menang nasibnya berubah menjadi Sekda, kepalad Dinas atau PNS sekalipun.<br /><br />Padahal kaum mereka, petani indeks pertumbuhan masyarakat (IPM) serta PAD daerah mereka juga ikut mengeliatkannya meski dengan seumbangan kecil.<br /><br />Redi misalnya seorang sarjana Komputer yang tinggal di tengah Hutan Tanaman Industri (HTI)sebuah desa yang konflik batas desanya tak pernah selesai hingga saat ini, dari enam desa HTI yang ada didekat pemukimannya, desa tersebut tak seharipun mencicipi terangnya lampu listrik atau jalan yang mulus seperti janji para kendidat, atau paparan visi dan misi kandidat yang menjelaskan tentang minimnya desa tertinggal di Musi Rawas dari 277 desa hanya 42 desa yang tertinggal'<br /><br />Saat berbincang dengannya, pemuda berumur 24 tahun ini justru meledek rekannya sendiri yang memberikan kabar bahwa pilkada sebentar lagi, mereka harus mendukung salah satu kandidat agar bisa hidup lebih baik.<br /><br />" Yang bisa buat kita lebih baik itu, cuma niat baik yang berkuasa, jika tidak semuanya sama saja. Lihat la pemilihan pileg, presiden, gubernur beberapa waktu lalu. janji itu sudah kutulis di meja makan, kadek yang beno. Berobat gratis, pek eh ku berobat masih kene biaya. Bantuan Hukum Gratis, pek eh sanakku nujah wang cul ade pengacara nak dampeng, amun cul sen,. jadi puk la yang menang dak pule nak nolong kite, " berangnya.<br /><br />Nah ketika perhelatan pilkada dilakukan, benar saja golput amat tinggi beberapa kecamatan hingga mencapai 50%, seperti kacamatan Nibung, Beliti, TPK dan beberapa kecamatan lainnya.<br /><br />Dengan DPT 382 ribu lebih, jika RM-HG mengklaim perolehan 155 ribu, Misi 56 ribu, SS 39 ribu, Mantra sekitar 10 ribu, tentunya yang tidak memilih atau suara tidak syah mencapai ratusan ribu oprang.<br /><br />Hal ini yang menajdi pekerjaan rumah bagi kita, sedangkan sosialisasi pilkada selain di tanggung jawab KPU juga adalah tanggung jawam pemerintah daerah terlebih lagi partai politik pendukung dan pengusung.<br /><br />Jadi seperti kata jarno yang bekerja sebagai tukang rumput, serta Redi sarjana yang belum bekerja, hasil pilkada Mura senafaska dengan pilihan hidup rakyat.<br /><br />Semoga kemenangan incumbent pasangan Rm-HG atau yang kedua bagi Riduan Mukti putra daerah terbaik saat ini, dapat memberikan jawaban bagi mereka. Klaim 70 % kemenangan tersebut bukan lah Hal yang aneh bagi masyarakat Musi Rawas dan Sumatera Selatan sekalipun, karena selain produk Undang-undang yang mendukung mereka para incumbent, juga sumbangan para kepentingan dan pengoplosan dana disetiap SKPD tentunya sedikit banyak suara sumbang tentang adanya penyalah gunaan anggaran-anggaran tersebut.<br /><br />Selamat kepada Bapak Riduan Mukti dan Hendra Gunawan, session kedua bagi lulusan UII serta mantan politisi nasional ini memperbaiki pembangunan, pencitraan serta prestasi daerah. Semoga session kali ini, putra terbaik Musi Rawas ini, lebih menundukkan kepadalnya kebawah, mencari orang-orang seperti jarno atau Redi-Redi lainnya untuk dibina dan dibimbing sebagai bagian dari tugas, janji kampanyenya serta niat memberikan ilmunya pada anak-anak didaerah ini.edohttp://www.blogger.com/profile/04152359759105410288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-61747819448057246202010-03-07T04:41:00.000-08:002010-03-07T05:06:12.296-08:00Pilkada Musi Rawas Miris Kandidat Miskin Program<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S5OkrGv3RLI/AAAAAAAAAyo/yCbd3-Hxwyg/s1600-h/n125432257735_3468.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 31px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S5OkrGv3RLI/AAAAAAAAAyo/yCbd3-Hxwyg/s320/n125432257735_3468.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5445877434873758898" /></a><br />EDITORIAL POLSAMAN.<br />Oleh : Edo Saman (Pimred MP)<br /><br />Tahapan pilkada Musi Rawas yang akan diselenggarakan 5 Juni 2010 nanti, akan banyak merugikan bagi masyarakat yang menginginkan sebuah perubahan mendasar di daerah ini. Kenapa kami bilang demikian, hingga saat ini disaat KPU Musi Rawas telah memasuki pemutahiran data DPT yang merekrut lebih dari 1200 PPDP yang artinya Pilkada siap untuk diluncurkan.<br /><br />Disisi Lain permasalahan Panwas yang hingga detik ini belum ada kejelasan akan berakibat fatal jika tak dikaji dengan seksama. Egoisme para pimpinan pusat antara BAnwaslu dan KPU Pusat harus dicairkan. Jika diteruskan kekanak-kanakan ini akan merugikan jutaan masyarakat Indonesia yang akan ikut dalam pesta demokrasi diderah mereka yang jumlahnya lebih dari 200 daerah akan menyelenggarakan Pilkada.<br /><br />Di Sumatera Selatan setidaknya ada 5 Daerah, Musi Rawas, OI, Oki, OKUS, OKUT dan Oku Induk akan juga mengalami hal sama, Pilkada tanpa pengawasan apakah produknya akan diakui secara hukum. Perhelatan yang memakan puluhan milyar uang rakyat Musi Rawas dengan 16 Miliar anggaran mereka akan sia-sia jika Panwas tak juga terbentuk.<br /><br />Amat miris memang, kekisruhan antar lemabaga ini harus segera diakhir dengan cara apapun, dan tentunya dengan pikiran yang objektif. Seperti kata Ketua MK, Mahfu MD, Bawaslu dan KPU sedang dalam perseturuan dan sama-sama keras kepala dan egois. Bagaimana nasib dari rombongan Kesbanglinmas Musi Rawas, Devisi Hukum KPU Musi Rawas dan Komisi I DPRD Musi Rawas yang rencananya akan menemui mereka, jika sama-sama keras kepala dan egois.<br /><br />Sebuah masalah teknis yang mungkin akan mengurangi kualitas Pilkada kita, namun hal tersebut juga diperparah dengan kandidat yang miskin program. Hingga saat ini belum ada kandidat yang secara tegas dan terbuka menjabarkan serta mensosialisasikan secara luas program mereka kepada rakyat Musi Rawas sebagai dendeng atau alasan objektif untuk memilih kandidat.<br /><br />padahal sudah 5 kandidat yang mengambil formulir di KPU Musi Rawas, dan 1 Kandidat dari Incumbent yang telah mengembalikan formulir mereka. Kita tunggu bagaimana permasalahan ini bergulir, dimana perang urat saraf dan manuver politik telah digulirkan. <br /><br />Harapan yang muncul dari kalangan masyarakat adalah solusi program populis untuk melanjutkan pembangunan yang ada, hal ini yang perlu ditawarkan dan dinanti oleh masyarakat Musi Rawas. Hingga nantinya bukan memiliki karena ganteng atau cantik, kaya atau miskin, atau sudah menjadi Bupati atau belum, tapi memiliih karena program yang dibuat kandidat diyakini mampu membawa kita keluar dari kubangan permasalahan pengangguran, kemiskinan dan keinginan Bagi Hasil Migas yang jelas.<br /><br />Mari kita memilih dengan kepala sehat dan alasan tepat, jadikan program dan profil kandidat sebagai satu alasan untuk memiliki, jika tidak tak perlu menyesal 5 tahun kedepan.edohttp://www.blogger.com/profile/04152359759105410288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-63820302850900010012010-02-27T01:11:00.000-08:002010-02-27T01:54:00.639-08:00Megalomania Penguasa Ancaman atau Bukan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S4jrcgScInI/AAAAAAAAAtY/Wu8mmOYnBvE/s1600-h/n100000018958602_5979.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 200px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S4jrcgScInI/AAAAAAAAAtY/Wu8mmOYnBvE/s320/n100000018958602_5979.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5442859024613384818" /></a><br />oleh : Pimred MP Polsaman,<br /><br /><br />Beberapa waktu lalu perhelatan syukuran mewah dilakukan di Rumah Dinas Walikota Lubuklinggau, berbarengan dengan Musibah Banjir yang menelan 6.036 Rumah dengan hampir lebih dari 26 Desa yang terendam dan semalam Kecamatan Rawas Ilir dan beberapa desa lainnya di Utara Musi Rawas juga mendapatkan kiriman air bah hinggi ketinggian 40 Cm-1 Meter.<br /><br />Delapan hari sudah bencana Banjir ini menyerang Kabupaten yang memiliki 500 ribu jiwa lebih ini dengan 21 kecamatan dan 277 Desa dengan Luas 1,4 Juta meter persegi. Dan hingga saat ini juga belum dapat disimpulkan berapa besar kerugian daerah akibat bencana ini. Tak seperti Oku Selatan dihari keenam telah terhitung lebih dari 19 kerugian yang mereka alami, meski hanya sementara mereka telah memberikan gambaran betapa siap dan sigapnya pemerintahan Oku Selatan yang katanya jauh tertinggal dengan kemajuan Kabupaten Musi Rawas yang memiliki anggaran 1,2 Triliun APBD-nya.<br /><br />Nanti dulu untuk menyimpulkan berapa kerugian daerah, justru kemarin lusa (25/02) poskp Banjir Kecamatan Muara Kelingi diserbu Warga 3 RT akumulasi dari buruknya manajemen pendistribusian dan penanggulangan bencana Banjir ini. Bukan hal yang mesti disangkal lagi dan bukan hal yang sewajarnya. Karena hal ini mestinya telah menjadi sebuah item kerja pemerintah dalam memberikan pelayanan dan cara kerja yang baik.<br /><br />meminjam analisas Staff Ahli Kabupaten Musi Rawas, Achmad Murtin, SH. Fenomena penjarahan atau dalam bahasa halusnya menarik paksa bantuan bencana oleh warga tak mesti terjadi, kala para penjabat terkait faham tupoksi kerja mereka dan memiliki program analisa yang jelas.<br /><br />bukankah ini sebuah hal yang pasti terjadi hanya waktu dan tempat yang mesti diprediksi. Kenapa SOP (Standar Operasional) kerja, atau bahasa para intlektual SWOT tak dijalankan. Karena efektivitas kerja akan terukur berawal dari sebuah analisa konfrehensif dalam setiap laanggam kerja.<br /><br />Bukankah Pemerintahan Daerah telh memiliki Bank Data dan memiliki akses luas untuk mendapatkan data-data tentang hal ini. Seperti rapat dengan Staff ahli beberapa bulan lalu sebelum bencana Banjir menelan 3 kecamatan ini terjadi, banjir di KArang dapo yang direspon dengan rapat bersama dengan Staff ahli Pemerintahan Kabupaten Musi Rawas dapat menjadi sebuah refrensif dalam penanganan dan penanggulangan hal ini.<br /><br />Andai hal itu berjalan, dihari ke 8 ini, data tentang jumlah KK, Nama-nama Korban Bencana, Jumlah Ternak, Jumlah area ladang dan pertanian hingga jumlah kerugian akan mudah untuk ditafsir dan dikalkulasi. Karena data itu telah ada di Dinas terkait, tentang jumlah KK, Jumlah Rumah, Nama-nama Desa dan KEcamatan yang rawan Banjir semua telah tersedia, jika memang mereka yang terkait mau menjalankan pola kerja yang profesional dan prima.<br /><br />Namun apa daya ketidak jelasan kinerja, ketidak jelasan pola distribusi, hingga pada pola kordinasi antar Dinas dan pimpinan teras pemerintahan daerah tak pelak sulit di ukur. HAri pertama kejadian Sabtu lalu satu minggu lalu, posisi orang Nomor satu di Musi Rawas tak ditempat, hanya beberapa pimpinan, seperti sekda mengambil langkah sendiri. Apa yang dijawab pihak pemerintahan ketika ditanya, kita sedang mendata.<br /><br />Aneh bukan, apakah tak terpikir oleh pemerintahan daerah, membuat data base tentang desa rawan banjir, kecamatan rawan banjir apalagi manajemen distribusi bantuan dalam hal penanganan Bencana, jadi wajar jika dalam 8 hari bencana yang mulai menyurut tak ada satu pun dinas terkait atau yang berkompeten berani menyimpulkan berepa kerugian daerah.<br /><br />Klimaks dari manajemen dan tak ada Swot (analisa) yang baik, kericuhan dan penjarahan bantuan adalah konsekuensi real yang mesti dijadikan contoh bagi kita untuk menanggani bencana kedepan. Bukan hanya Banjir, bencana lain, seperti angin puting beliung, gempa dan sebagainya. <br /><br />Hal yang memilukan lagi adalah telatnya pemberian support The First Leader daerah ini, selaku Bupati. Hari pertama rakyat berjuang sendiri dalam menghadapi serangan Bencana. Setelah air surut dan bantuan dari semua kalangan muncul, keluarlah sang pemimpin dari mana arahnya tiba-tiba muncul dimedia lokal dengan satu halaman penuh society Bupati Musi Rawas menyisir daerah banjir, namun sayang Diingatkan lagi setelah banjir hampir usai.<br /><br />Mengalomania<br />Penyakit yang kemungkinan merasa diri sang penguasa lebih pintar, lebih memahami dan lebih segalanya dari intlektual, akademisi dan praktisi politisi lokal adalah sebuah penyakit yang mesti dihancurkan karena jika tak berani HEgemoni itu akan terus menjadi bayang-bayang ketakutan bagi semua kalangan. Hingga pengimbang pemerintah dan pemimin daerah akan lenyap dan hangus. Akhirnya kita akan memulai dari awal lagi membangun pondasi karakter daerah ini.<br /><br />Bukan hanya Musi Rawas juga Kota Lubuklinggau yang baru saja berpesta pora merayakan kekuasaan mereka selama 2 tahun, kondisi yang tak jauh beda, tak perlu sama tapi hasilnya yang menakutkan. Mengulang Sudut pandang kami minggu lalu, Krisis Inlektual daerah ini akan terus terjadi. Jika tak ada media yang memberikan sudut pandang lain penguasa secara objektif, atau praktisi Hukum , akademisi dan intelktual berdiam diri.<br /><br />Megalomania akan merasuk kedalam pribadi Bupati Musi RAwas dan Walikota Lubuklinggau, jika tak ada akademisi, Praktisi baik politik, agamawan, media dan intlektual muda bernai berbicara terbuka menjadi sparing patner pemerintah, selaku kontrol, pemgimbang dan sekaligus pengkritik membangun.<br /><br />Lihat tak ada protes atau pendapat akademisi, jika Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang yang bukan ahlinya. Mungkinkah Seorang Sarjana Hukum yang tak mengerti seluk beluk dan mekanisme dinas kesehatan namun dipaksa untuk memimpin. Ini adalah salah satu indikator krisis didaerah ini.<br /><br />lalu siapa yang bertanggung jawab, selain dari Media, Jurnalis secara individu, akademisi yang tak peduli dan politisi yang manut untuk berharap adanya rempah-rempah yang mengalir kekantong mereka.<br /><br />Jadi Tanyakan, Kita biarkan penyakit Megalomania ini menjangkiti pimpinan daerah kita ?, atau mulai berbenah.<br /><br />www.politiksaman.comedohttp://www.blogger.com/profile/04152359759105410288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-2003885403061189512010-02-20T21:08:00.000-08:002010-02-27T00:55:25.985-08:00Hegemoni Penguasa dan Krisis Intlektual Musi Rawas<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S4DChH4xNWI/AAAAAAAAAmY/Ct5CsuG4cyE/s1600-h/24122009052.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S4DChH4xNWI/AAAAAAAAAmY/Ct5CsuG4cyE/s320/24122009052.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5440562224172184930" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S4DCfp4d_MI/AAAAAAAAAmQ/sjJazWQhsR8/s1600-h/n125432257735_3468.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 31px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S4DCfp4d_MI/AAAAAAAAAmQ/sjJazWQhsR8/s320/n125432257735_3468.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5440562198937992386" /></a><br />EDITORIAL POLSAMAN.<br /><br />Oleh : Edo Saman (Pimred MP)<br /><br /><br />Hampir Lima tahun sudah roda pedati pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Rawas di Bawah Nahkoda Ridwan Mukti dan 2 Tahun ulang tahun kekuasaan RINA (Riduan Effendi Dan Prana Sohe) banyak hal yang harus disikapi bersama dan banyak hal pula yang mesti dikritis bersama dalam kerangka objektivitas kita.<br /><br />Ridwan Mukti Sosok Penguasa Musi Rawas yang katanya dekat dengan para aktivis daerah dengan jaringan luas hingga ke jakarta karena mantan anggota DPR-RI cukup menjanjikan untuk hari depan Musi Rawas. Hal ini terbukti dengan Anggaran APBD yang mencapai 1 triliun lebih di Kab. Musi Rawas yang selama ini hanya kisaran 600-800 Miliar saja. Dengan Luas daerah berkisar 1, 4 Juta km persegi tentunya lebih luas dari Provinsi Bengkulu yang berkisar hanya 1,2 kilo meter persegi memang memiliki kendala yang cukup signifikan. Bagaimana mungkin daerah II yang luasnya melebih sebuah provinsi namun dengan anggaran APBD yang hanya cukup mungkin untuk membangun luas wilayah 1/4 saja. Namun ini lah tantangannya bukan ?, Musi Rawas yang dulu merupakan produsen Karet terbesar kini beralih menjadi pertanian sawit yang cukup mengiurkan mungkin bagi rakyat atau Investor Kafir yang mencaplok tanah rakyat. Lalu Mari kita lihat beberapa sudut pandang kita menyikapi program Bupati Musi Rawas dalam programnya satu persatu.<br /><br />Ridwan Mukti yang memiliki kemampuan personal dalam membangun pencitraan dengan bahasa politik dan kemampuan dialektika politik yang baik, pada awal pemerintahanya ada harapan akan adanya keterbukaan dan kemelekan intlektual didaerah ini. Tapi ini belum terbukti, indikator itu terlihat dengan tak mampunya second line Ridwan Mukti selaku Bupati Musi Rawas menterjemahkan program Agropolitan Center (AC) yang menjadi grand program pemerintahan RR (Ridwan-Ratnawaty) awal pemerintahan lalu, bukan hanya itu sederet program yang dicanangkan patut dipertanyakan lagi.<br /><br />Seperti Program Mura terang 2010 yang realitanya banyak jaringan listrik dijalan-jalan kabelnya telah dicuri, seperti di KEc. BTS Ulu atau sepanjang daerah Muara Kelinggi mengarah Ke Desa Semanggus jaringan listrik kabel-kabel ditiang nya raib dicuri orang, belum lagi adanya proyek Dinas Pertambangan dalam membangun instalir listrik diduga tak memenuhi standar PLN yang tentunya tak ayal tidak akan dialiri listrik.<br /><br />Program 1000 Rumah PNS yang dipelopori oleh Koperasi Korpri atau PNS hingga saat ini realitasnya memprihatinkan karena tak kunjung dibangun bahkan beredar bahwa sudah 3 kali kontraktor atau pihak ketiga melarikan diri, bahkan ada salah satu angota FPR yang istrinya PNS telah ikut program ini dengan menyetor uang 10 Jt hingga saat ini rumah PNS tersebut tak didapatnya.<br /><br />Program 1000 Koperasi, hingga saat ini tak muncul kepermukaan hanya jika dilihat dari data Dinas Koperasi hanya mencapai 600-800 koperasi untuk tahun ini, cukup baik tentunya namun bagaimana kesinambungan dari Koperasi ini dari hal menjadi penyangga pergerakan ekonomi daerah ini harus diperjelas tentunya.<br /><br />Program Mura Darussalam sebuah cita-cita yang mungkin harapan semua rakyat Musi Rawas namun tak pelak akan menambah lagi rentetetan program yang tak kunjung usai dan tak mencapai klimaks dari target besar harapan rakyat. sama halnya dengan program Agropolitan center (AC) yang dikoarkan dititk beratkan pada pembangunan Infrastuktur dan jalan-jalan sebagai pendorong perputaran ekonomi saat ini banyak bangunan terkesan mubazir belaka dalam artian tak effesien dalam pengunaan, akhirnya menjadi sarang hewan dan sepi yang tentunya jika tak terawat akan menjadi lebih cepat buruk kondisi bangunan tersebut. Sebuah ekonomi macro yang prestisius, namun sudah kita dapat duga akan mubazir infrastruktur tanpa ada pembangunan ekonomi micro.<br /><br />Bagaimana mungkin yang ada dikepala para intlektual daerah Agropolitan Center adalah pusat pasar Agro dimana semua hasil pertanian akan dipasarkan disini, namun hasil pertanian daerah dan cara bercocok tanam,cara mengolah produksi pertanian tak pernah mendapatkan perhatian. meminjam Bahasa Mahasiswa Ridwan Mukti berhasil membangun HArdware daerah Musi Rawas namun untuk pembangun software-nya perlu dipertanyakan.<br /><br />membangun jalan yang luas menembuskan desa-desa terisolir itu sebuah program yang musti dipuji oleh kita, namun jangan lupakan pembangunan dan perawatan infrastruktur didepan mata, lihat jalan diTugumulyo, Jalan Didesa Satan dan tak perlu disebutkan satu persatu semuanya perlu perhatiaan sang penguasa. inilah Hebatnya Bupati Musi Rawas Kali ini, berhasil membangun Hegemoni dan Pencitraan dengan balutan program mercusuar atau seperti kata salah seorang wartawan lokal meminjam bahasa-nya program berkesinambungan dalam artian hal ini tak akan selesai dalam jangka waktu 5 tahun lalu, jadi 5 tahun kedepan program ini baru akan selesai. Karena itu juga mungkin Beliau Ridwan Mukti maju kembali dalam bursa pencalonan Bupati Musi Rawas Kali ini.<br /><br />Ada satu hal yang memilukan didaerah ini seteralh gencar media massa mengatakan Musi Rawas krisis Intlektual dan pemimpin kini makin menjelaskan bahwa Hegemoni dan kekuatan politis Bupati Musi Rawas amat Dominan dalam perkembangan politik Musi Rawas. Krisis ini bukan tuduhan bagi media atau hanya black campaig semata untuk menyudutkan pemimpin Musi Rawas, bukan. namun realita.<br /><br /><br />MURA dan LUBUKLINGGAU KRISIS INTLEKTUAL DAERAH YANG AKUT<br /><br />Beberapa waktu lalu Pimred Politiksaman, Wartawan Radar Pat patulai dan Wakapimred Media Musi Rawas mengelar diskusi lepas dengan KPU Musi Rawas tentang siapa yang layak menjadi Panelis di Musi Rawas dalam rangka debat kandidat Bakal Calon Bupati kedepan. Kebingungan yang ada muncul, karena tak satupun apar akademisi didaerah ini muncul untukm mengkritisi kebijakan atau memberikan opini atau tesis seperti Bapak Alfitri Dosen Unsri yang sering muncul kepermukaan untuk menyikapi konstelasi politik Sumsel atau Tarech Rasyid dan sebagainya.<br /><br />Akademisi Musi Rawas dan Lubuklinggau Ada Seorang saja bung Amzulian yang juga dosen di Unsri hanya itu, seliannya tak ada pilihan lagi sesuai dengan tack record dan konsitenitasnya. Sadarlah kami bahwa kirisis intektual diderah ini telah akut, wajar jika sosok Ridwan Mukti begitu menakutkan mungkin bagi pesaingnya karena tak ada referensi yang berani mengkritiknya. KRISIS INTLEKTUAL YANG MEMANG DIKONDISIKAN ATAU DISENGAJAKAH ?<br /><br />Padahal Jika dikaji lebih jauh, krisis Intelektual ini adalah juga tanggung jawab bersama antara pemerintahan Kabupaten Musi Rawas dan Pemerintahan Kota Lubuklinggau dan tentunya 80% permasalahan ini mereka harus dipersalahkan. Mereka yang tak pernah memberikan ruang bagi akademisi dan praktisi untuk muncul kepermukaan dan mengeluarkan pandangannya. tentunya mereka perlu ruang publik seperti diskusi round table, sharing atau menanggapi kondisi sosial dan sebagainya, namun Berapa banyak Seminar dan Kegiatan ilmiah didaerah ini, berapa banyak kesempatan intlektual bisa muncul semuanya Nihil. karena siapa yang bersikap berseberangan atau tak sesuai dengan alur pikir penguasa dikerdilkan dan dianggap musuh yang mesti dihambat secara politik maupun moral, mungkin ini budaya yang harus didobrak kedepan. Jika tidak KRISIS INTLEKTUAL INI AKAN SEMAKIN AKUT DAN MENYUBURKAN HEGEMONI PENGUASA<br /><br />Pemerintahan RINA (riduan Efendi) juga tak ubah sama saja dengan saja, tak ada Ruang bagi akademisi, praktisi dan pers profesional untuk memberikan masukan atau mengkritik kebijakan, jika hal tersebut terjadi maka alamat para praktisi, akademisi atau jurnalis mengalami nasib pemboikotan secara moral maupun ekonomi, secara halus maupun kasar hingga terkadang tak objektif. karena itu kita perlu pembenahan. Terutama pada PILKADA Musi RAwas Mendatang siapapun yang kita pilih harus ada jaminan ruang publik terbuka agar kirirs intelektual didaerah ini terselesaikan.<br /><br />Hingga ini lah kemunduran itu, sadar dikala mendekati pesta...!!!!edohttp://www.blogger.com/profile/04152359759105410288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-10105111043589206232010-02-12T07:15:00.001-08:002010-02-12T07:53:15.493-08:00Mimpi Demokrasi dan Komersialisasi Partai Politik<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S3V3JkulCcI/AAAAAAAAAfs/B-x2gJYhT_c/s1600-h/images.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 118px; height: 89px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_eUAWy6T8vGI/S3V3JkulCcI/AAAAAAAAAfs/B-x2gJYhT_c/s320/images.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5437383131481311682" /></a><br />SALAM REDAKSI POLSAMAN,<br /><br />Kala sebuah perubahan diharapan muncul untuk memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosial, mungkin kah perubahan tersebut dapat terjadi tanpa sebuah cost yang besar atau berdarah-darah layaknya revolusi Iran, Cina, Rusia atau yang paling dekat dengan kita saja perjuangan Rakyat Aceh mendapatkan referendum mereka.<br /><br />Ada seuntai harapan meski terkadang kabur, bisa saja cuma klise atau fatamorgana yang muncul meminjam kata wakapimred media Musi Rawas yang mengatakan itu mimpi, fatamorgana itu mimpi. Dalam konteks Pilkada Musi Rawas secara langsung oleh hampir 400.000 pemilih untuk yang kedua kali dengan mencoblos bukan mencontreng bukan pula dengan pulus atau uang.<br /><br />Harapan itu adalah perubahan secara siginifikan abik dalam mencari nafkah, kesempatan untuk bekerja, mendapatkan jaminana pelayanan kesehatan yang memuaskan, atau sekolah dengan fasilitas cukup mumpuni tanpa ada DAK atau Dana Bos yang bermasalah masuk kekoran-koran dan media.<br /><br />harapan tentang adanya sosok pemimpin bukan hanya sibuk mengumpulkan harta, bukan juga harem-harem, bukan juga ngumpulin preman-preman, tapi mengumpulkan para sarjana desa yang mulai menipis semangatnya untuk dipangil negara mengabdi memperbaiki minimal tata ruang desa mereka, minimal menjadi corong pemerintah daerah mensosialisasikan perda, produk hukum, pajak dasn sebagainya, membantu pemerintah mencarikan solusi para petani didesa mengelola pertanianya agar dapat menghasilkan produksi pertanian yang berlimpah seperti kata-kata gemah ripak lok jenawi, bukan tanah kami sibuk ditanami sawit korporasi perkebunan, atau juga membantu mencari potensi ekonomi baru untuk meningkatkan taraf kehidupan pedesaan dengan mencari solusi dan pengolaan ekonomi desa oleh para sarjana.<br /><br />adakah yang mau membantu para duta-duta daerah yang dulu kuliah diluar desa untuk mendapatkan ijazah agar dapat mengabdi seperti Tri Dharma Perguruan tinggi, ketika kata mengabdi dikalahkan oleh kalah dan tidak lulus dalam tes PNS, tidak lulus menjadi pamong praja. <br /><br />Adakah Para kandidat kedepan yang masuk dalam sistem Komersialisasi Partai Politik yang harus mengeruk dalam-dalam kocek dan mengambil uang tunai dibank untuk membayar para elit partai untuk dapat perahu, ketika kepala mau pecah karena para pengurus partai rewel mintak tambah dana, atau pusing mengumpulkan dukungan karena partainya kecil hingga costnya nambah lagi.<br /><br />antara komersialisasi Partai Politik menjadi Mura 1 antara Mimpi demokrasi dan harapan para sarjana dipedesaan dapat diberdayakan dan dikaryakan oleh pemerintah daerah, adakah para kandidat yang maju kedapan mau memikirkan ini, kala Biaya Membeli perahu tinggi.<br /><br />Namun mereka juga mesti tau Harga besar juga tinggi bos, gula dan kebutuhan pokok lainnya, sedangkan harag jual karet turun, jalan-jalan banyak rusak bahakn tanah liat, atau juga kita masih numpang dengan adek kita Kota Lubuklinggau, kantor kepala kita masih di Lubuklinggau, Juga Kator para politisi yang duduk di DPRD kantornya masih di Lubuklinggau, juga tempat Bupati kelak tepilih masih di Kota Lubuklinggau tidurnya, hanya KPU yang tau diri yang akan menunggu kantor baru di ibukota Kabupaten Musi Rawas Kec. Muara Beliti.<br /><br />Harapan itu harus tetap ada, meski secara matematika Incumbent layak menang, karena minimnya sosialisasi kandidat yang maju, anehnya lagi mungkin karena takut dikatakan kedua kali kalau Mura Krisis Kepemimpinan rame-rame daftar calon Wakil Bupati, mestinya Bupatinya bos. Nah fenomena ini akan jadi tontonan yang memilukan, karena incumbent bisa-bisa terbang sebelum waktunya alias menang tanpa ada perlawanan yang seimbang. Nah...kita tunggu adakah yang berani lagi mencalonkan diri Menjadi Bupati selian 5 orang sedangkan yang mendaftarkan clon wakil bupati dibeberapa partai jumlahnya puluhan orang. Salut untuk incumbent bapak Ridwan Mukti, semua pada takut maju pak jadi bupati....apa rahasianya..?<br /><br />WWW.politiksaman.com<br />Editorial Politiksaman adalah rangkuman Geopolitik daerah selama 2 mingguan.edohttp://www.blogger.com/profile/04152359759105410288noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-84345425001602170882010-02-09T06:04:00.001-08:002010-02-09T06:04:59.863-08:00Salah Urus Gas DomestikKEPUTUSAN yang ditunggu-tunggu publik itu akhirnya datang juga. Melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 3 Tahun 2010, pemerintah mengeluarkan aturan mengenai alokasi dan pemanfaatan gas bagi kebutuhan di dalam negeri.<br /><br />Namun, sayang seribu kali sayang, alokasi gas dalam negeri itu diprioritaskan untuk memacu produksi minyak dan gas bumi nasional. Padahal, kebutuhan mendesak akan pasokan gas di dalam negeri bukan di industri migas, melainkan ada pada industri pupuk, listrik, keramik, dan sejumlah industri yang erat kaitannya dengan kebutuhan publik.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-11188513905253139142010-02-09T06:03:00.000-08:002010-02-09T06:04:20.172-08:00Bank Pemborosan DaerahASAS kehati-hatian adalah harga mati dalam dunia perbankan. Asas itu membuat bank bekerja mengalirkan dana melalui sistem transaksi secara hati-hati, cermat, dan efisien sehingga menghasilkan pertumbuhan dengan nilai lebih yang optimal. Yang terjadi pada beberapa bank pembangunan daerah (BPD) justru sebaliknya. Kasus terakhir menunjukkan betapa bank dapat menjadi sapi perah bagi kepentingan penguasa daerah.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-12551104649740858782010-02-09T06:02:00.000-08:002010-02-09T06:03:26.746-08:00Menuju Negara Seolah-olahSEBUAH kenyataan yang mengkhawatirkan, bahkan sangat mengkhawatir, sedang menimpa negara ini. Kenyataan itu ialah Indonesia menuju negara seolah-olah. Seolah-olah itu terjadi dalam banyak hal dan celakanya menimpa berbagai aspek berbangsa dan bernegara yang strategis. Lebih celaka lagi, semua yang seolah-olah itu lama-lama diterima sebagai yang nyata, bahkan yang benar. Sebutlah misalnya urusan perang melawan mafia peradilan. Cukup dengan membentuk sebuah tim, dan cukup sekali tim itu inspeksi mendadak ke ruang sel Ayin, mafia pun tumpas. Tepatnya, seolah-olah tumpas. Contoh lain menyangkut kinerja 100 hari pemerintahan. Dari sisi pemerintah suaranya merdu bahwa target tercapai, bahkan ada yang mengklaim mencapai 100%.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5984392737645007465.post-73692073219273730632010-02-09T05:37:00.001-08:002010-02-09T05:37:37.882-08:00Angket Century Goyang Koalisi09-02-2010<br /><br />KOALISI tambun Kabinet Indonesia Bersatu II goyah. Angket Century yang memasuki babak akhir penelusuran dugaan skandal penjaminan Rp6,7 triliun oleh negara kepada sebuah bank sakit, Century--kini Bank Mutiara--menggoyang kabinet yang baru berusia 112 hari.<br /><br />Partai Demokrat, sebagai pemimpin koalisi, menggertak akan merombak kabinet karena dalam pembahasan angket Century, anggota koalisi, khususnya Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Golkar, bertindak seakan-akan partai oposisi. Reshuffle kabinet dikabarkan telah dibicarakan petinggi Demokrat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.Unknownnoreply@blogger.com0