Pilkada Musi Rawas,sebuah cerita yang sama dengan cerita pilkada didaerah lain. Sama dengan kejenuhan rakyat, sama dengan luapan yang hambar.
Pilkada yang menelan puluhan milyar uang rakyat, untuk pelaksaan perhelatan ini amat penting sebetulnya untuk merubah maenstream dan haluan sebuah cara pandang masyarakat. Kenapa tidak, melalui pilkada secara logika semua keburukan semua nilai-nilai miring sosial tentang prilaku penguasa selama ini, akan berlawan dengan kehendak rakyat tentang pilihan hidupnya.
Seperti jarno, seorang tukang rumbut dan pengangon sapi, ia berharap pilkada dapat melahirkan sebuah tatanan struktur sosial dan ekonomi yang memberikan peluang bagi kehidupan keluarga untuk lebih baik.
Ia menceritakan bagaimana hidup yang ia jalani setiap ahri tak ubahnya dengan kaum jurnalis, berjemur dengan matahari, bergelut dengan waktu untuk mengumpulkan rumbut agar angonan dapat makan cukup. Meski dengan baju dekil bergambar partai politik, toh dia malah apatis dengan politik.
Ditanya apakah ia tau bahwa ada sosialisasi pilkada tentang tata cara pencoblosan, hari pencoblosan dan cara mendaftarkan diri agar terdaftar di DPT, Ia menjawab,
" Ala mas yang menang pasti yang lama, aku ini orang bodoh. Dari pada banyak yang mondohin aku mendingan satu orang. wong aku ngak tau eh, apa bagian aku kalu menang ato kalah, tukang rumput, tukang angon abis nyoblos ngerumput lagi, ngangon lagi, ia toh " ujarnya.
Sebuah ungkapan yang jelas maknanya jenuh, apatis bahkan bisa dikategorikan putus asa, realiatasnya memang seperti itu adanya. Jargon pembagunan Infrastuktur, jargon ekonomi apalah namanya seperti Agropolitan atau Gerbang ekonomi sektor barat, tak dapat mereka rasakan langsung.
Jarno sang tunga rumput, tak bisa serta merta kala salah satu kandidat menang nasibnya berubah menjadi Sekda, kepalad Dinas atau PNS sekalipun.
Padahal kaum mereka, petani indeks pertumbuhan masyarakat (IPM) serta PAD daerah mereka juga ikut mengeliatkannya meski dengan seumbangan kecil.
Redi misalnya seorang sarjana Komputer yang tinggal di tengah Hutan Tanaman Industri (HTI)sebuah desa yang konflik batas desanya tak pernah selesai hingga saat ini, dari enam desa HTI yang ada didekat pemukimannya, desa tersebut tak seharipun mencicipi terangnya lampu listrik atau jalan yang mulus seperti janji para kendidat, atau paparan visi dan misi kandidat yang menjelaskan tentang minimnya desa tertinggal di Musi Rawas dari 277 desa hanya 42 desa yang tertinggal'
Saat berbincang dengannya, pemuda berumur 24 tahun ini justru meledek rekannya sendiri yang memberikan kabar bahwa pilkada sebentar lagi, mereka harus mendukung salah satu kandidat agar bisa hidup lebih baik.
" Yang bisa buat kita lebih baik itu, cuma niat baik yang berkuasa, jika tidak semuanya sama saja. Lihat la pemilihan pileg, presiden, gubernur beberapa waktu lalu. janji itu sudah kutulis di meja makan, kadek yang beno. Berobat gratis, pek eh ku berobat masih kene biaya. Bantuan Hukum Gratis, pek eh sanakku nujah wang cul ade pengacara nak dampeng, amun cul sen,. jadi puk la yang menang dak pule nak nolong kite, " berangnya.
Nah ketika perhelatan pilkada dilakukan, benar saja golput amat tinggi beberapa kecamatan hingga mencapai 50%, seperti kacamatan Nibung, Beliti, TPK dan beberapa kecamatan lainnya.
Dengan DPT 382 ribu lebih, jika RM-HG mengklaim perolehan 155 ribu, Misi 56 ribu, SS 39 ribu, Mantra sekitar 10 ribu, tentunya yang tidak memilih atau suara tidak syah mencapai ratusan ribu oprang.
Hal ini yang menajdi pekerjaan rumah bagi kita, sedangkan sosialisasi pilkada selain di tanggung jawab KPU juga adalah tanggung jawam pemerintah daerah terlebih lagi partai politik pendukung dan pengusung.
Jadi seperti kata jarno yang bekerja sebagai tukang rumput, serta Redi sarjana yang belum bekerja, hasil pilkada Mura senafaska dengan pilihan hidup rakyat.
Semoga kemenangan incumbent pasangan Rm-HG atau yang kedua bagi Riduan Mukti putra daerah terbaik saat ini, dapat memberikan jawaban bagi mereka. Klaim 70 % kemenangan tersebut bukan lah Hal yang aneh bagi masyarakat Musi Rawas dan Sumatera Selatan sekalipun, karena selain produk Undang-undang yang mendukung mereka para incumbent, juga sumbangan para kepentingan dan pengoplosan dana disetiap SKPD tentunya sedikit banyak suara sumbang tentang adanya penyalah gunaan anggaran-anggaran tersebut.
Selamat kepada Bapak Riduan Mukti dan Hendra Gunawan, session kedua bagi lulusan UII serta mantan politisi nasional ini memperbaiki pembangunan, pencitraan serta prestasi daerah. Semoga session kali ini, putra terbaik Musi Rawas ini, lebih menundukkan kepadalnya kebawah, mencari orang-orang seperti jarno atau Redi-Redi lainnya untuk dibina dan dibimbing sebagai bagian dari tugas, janji kampanyenya serta niat memberikan ilmunya pada anak-anak didaerah ini.